Malam Mencekam di Madinah: Ketika Jasad Rasulullah Hampir Dicuri"

Malam Mencekam di Madinah: Ketika Jasad Rasulullah Hampir Dicuri"
Kisah tentang upaya pencurian jasad Rasulullah adalah bagian dari sejarah Islam yang menggugah hati dan menunjukkan bagaimana Allah menjaga kehormatan Nabi-Nya. Salah satu peristiwa paling terkenal terjadi pada tahun 557 H (1164 M) saat Sultan Nuruddin Zangi bermimpi tiga kali tentang Rasulullah yang meminta pertolongan darinya. Berikut ini adalah kisahnya bismillah kita mulai ya

Malam Pertama

Di malam yang sunyi di Damaskus, Sultan Nuruddin Zangi tertidur dalam lelahnya perjuangan membela Islam. Tapi di tengah malam, wajahnya tampak gelisah. Tiba-tiba, ia terbangun... nafasnya berat... tubuhnya menggigil.

Dalam mimpinya, ia melihat Rasulullah berdiri dengan wajah teduh, namun tampak sedih.

Rasulullah (semoga Tuhan merahmatimu)

> "Wahai Nuruddin... bangkitlah... selamatkan aku dari dua orang ini..."

Sultan Nuruddin (gugup):

> "Dua orang...apa yang akan terjadi pada Rasulullah?"

Tapi mimpi itu menghilang ia terbangun dengan air mata yang membasahi pipinya, la bangkit, berwudhu, lalu menunaikan shalat malam. Hatinya bertanya-tanya.....

mungkinkah itu benar-benar mimpi dari Allah?

Malam Kedua

Malam berikutnya, ia kembali terlelap dengan gelisah. Dan sekali lagi... mimpi itu datang.

Rasulullah muncul kembali, kali ini wajahnya tampak lebih mendesak.

Rasulullah (lembut tapi tegas):

> "Nuruddin... ada apa denganmu?"

Sultan Nuruddin (menunduk dalam mimpi, menangis):

> "Ampunilah aku ya Rasulullah... aku tak mengerti. Siapa mereka? Apakah mana mereka?"

Rasulullah tak menjawab. Hanya menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca. Lalu mimpi itu menghilang.

Sultan bangun sambil terisak. la memeluk sajadahnya dan menangis dalam sujud.

Malam Ketiga

Malam ketiga. Langit terasa berat. Hujan turun pelan membasahi bumi Syam. Sultan Nuruddin tertidur, meski hatinya penuh gundah.

Dan untuk ketiga kalinya... Rasulullah datang dalam mimpinya. Tapi kali ini, berbeda.

Rasulullah (dengan wajah penuh cahaya, namun mata berkaca-kaca):

> "Nuruddin... mereka hampir sampai, Demi cintamu

padaku... datanglah ke Madinah. Sekarang."

Sultan Nuruddin (menangis dalam mimpi):

> “Ya Allah, ya Allah, siapakah Utusan Allah... yang tidak akan mampu berbuat jahat kepadaku!”

Ketika terbangun, ia tidak menunggu fajar. la langsung bersiap. Hatinya bergetar. Bibirnya terus mengucap

shalawat.

Penerbangan Pesawat

Tanpa memberitahu banyak orang, ia mengumpulkan rombongan kecil. Di sinilah Madinah, Sultan

Nuruddin Tidak Berhenti Berdoa..

Sultan (berdoa lirih):

> "Ya Allah...banyak orang yang tidak suka...banyak orang yang tidak suka..."

Setelah Sultan Nuruddin Zangi tiba di Madinah, ia

tidak langsung mengatakan alasan kedatangannya. la menyamar sebagai orang biasa, lalu selama beberapa hari ia memperhatikan setiap orang yang datang ke Masjid

Nabawi.

la mengatur agar semua peziarah diberikan bantuan, namun diam-diam mengamati wajah-wajah yang mencurigakan, berharap bisa mengenali dua wajah dalam

mimpinya.

Suatu malam...

Sultan memanggil seorang penjaga Masjid Nabawi.

Sultan Nuruddin:

> "Apakah ada tamu asing yang tinggal di Madinah dalam beberapa waktu terakhir?"

Penjaga:

> “Ada orang elaki, Katanya dari Andalusia. Sini

banyak memberi sedekah, tapi tidak pernah tinggal lama di masjid. Mereka menyewa rumah dekat masjid... tapi selalu mengunci pintunya rapat-rapat."

Sultan langsung meminta agar rumah itu dijaga secara diam-diam malam itu juga. la bersama pasukan rahasia datang setelah tengah malam.

Kekuatan....

Sultan dan para pengawalnya mengendap-endap ke rumah

dua orang asing itu.

Sultan (berbisik):

> "Jangan gegabah. Kita ketuk baik-baik. Kalau mereka benar orang jahat... Allah akan menunjukkan tanda-Nya."

Pinnya terlihat.

Tok tok tok

Sultan (dengan suara tenang)

"Assalamu'alaikum. Kami ingin bersilaturahim malam ini. Bolehkah kami masuk?

Terdengar kegugupan di dalam rumah Tapi akhirnya pintu dibuka. Dua lelaki berwajah asing muncul. Wajah mereka ramah, tapi mata mereka. gelisah


Tangis di Depan Makam (tamat)

Inilah dunia

Sultan duduk, menatap mereka lekat-lekat, la berusaha menahan curiga

Sultan:

> "Berapa banyak orang yang tinggal di Andalusia. Orang-orang seperti apa yang perlu mereka ketahui? Apakah ada orang yang tinggal di Madinah?"

Mereka tampak gelisah.

Lelaki 1 (tersenyum palsu):

> "Tentu saja, silakan... rumah kami sederhana..."

Saat diperiksa, semuanya tampak biasa. Tapi... di bawah tikar tempat mereka tidur, lantai terasa kosong.

Sultan menekan lantai itu... terdengar suara kosong seperti lubang. la segera menyuruh pengawal menggali.

Dan... ternyata ada terowongan! Lurus mengarah ke makam Rasulullah

Sultan Nuruddin berdiri, gemetar... bukan karena takut, tapi karena marah dan sedih, la berjalan perlahan ke arah dua orang tersebut yang kini tertunduk di hadapannya, tangan terikat.

Sultan (suara pelan, tapi tegas):

> "Angkat wajah kalian."

Keduanya tak bergerak.

Sultan mendekat... lalu dengan tangannya sendiri, mengangkat wajah mereka satu per satu.

Dan saat itu....

Air mata Sultan Nuruddin jatuh.

Sultan (berbisik lirih):

"Demi Allah... inilah wajah yang kulihat dalam mimpiku... wajah yang ditunjukkan Rasulullah kepadaku..."

la memejamkan mata sejenak, menahan gejolak dalam dadanya.

"Rasulullah... benar-benar memperlihatkan wajah kalian padaku. Bagaimana kalian tega... menggali ke arah jasad beliau? Apa kalian tahu siapa yang kalian khianati?!" Salah satu dari mereka mencoba membuka mulutnya, tapi suaranya gemetar.

Pencuri 1:

> "Kami... kami hanya menjalankan tugas dari orang-orang

yang memerintahkan dari jauh...""Kami bukan Muslim.... kami utusan dari kerajaan Kristen... diperintah untuk mencuri jasad Muhammad... agar Islam menjadi govah..."

pencuri 2: menangis

Sultan:

> “Tidak ada perintah yang lebih tinggi dari kehormatan Rasulullah

Tangannya mengepal.

Prajuritnya hendak menyeret mereka, tapi Sultan

mengangkat tangan, menahan.

Sultan (dengan suara lirih namun dalam):

> "Kalian tidak hanya menggali tanah Madinah... kalian

menggali amarah dari langit."

Berbalik, air matanya masih jatuh.

Lalu berkata kepada seluruh pasukan:

> "Hari ini... kita tidak hanya menggagalkan kejahatan.

Banyak orang mengutus saya: Rasulullah Masih Menjaga

umatnya... bahkan setelah wafatnya."

Sultan (menunduk, menangis):

> “Allahu Akbar. Ya Rasulullah, semoga Allah membalasmu dengan segala nikmat Allah...”

Tangis di Depan Makam

Demikianlah yang disabdakan Sultan tentang apa yang disabdakan Rasulullah, para dermawan lama, baik laki-laki maupun perempuan.

kecil kehilangan ayahnya.

Sultan (berbisik di depan makam):

> "Wahai Rasulullah... demi Allah, aku tidak tidur karena

mimpi itu. Dan sekarang kutemukan jawabannya... Jangan

Biarkan aku hidup jika tak mampu menjagamu…”

Momen itu mengguncang seluruh Madinah.

Dan demi melindungi makam Rasulullah, Sultan Nuruddin membangun tembok besi setebal dua meter dan parit dalam di sekeliling makam Nabi yang masih ada

sampai sekarang.

Riwayat

Ini yang saya baca ketika saya membacanya lagi:

Imam As-Samhudi dalam Wafa' al-Wafa bi Akhbar Dar al-Mustafa

Ibnu al-Jawzi

Nabi dalam Al-Qur'an

Imam Ibnu Najjar

Nama-nama dua orang itu tidak disebut secara pasti dalam sejarah, tapi diketahui mereka adalah utusan dari negeri Kristen Eropa yang menyamar sebagai peziarah Muslim.

renungan
Di saat semua orang tidur nyenyak, ada seorang sultan yang terbangun tiga malam berturut-turut-karena Rasulullah datang dalam mimpinya,
meminta tolong.
Bukan minta dibela karena dihina. Bukan minta disanjung karena dicaci. Tapi karena jasadnya hampir dicuri.
Perlengkapan macam apa?
Kita yang mengaku mencintainya....
Berapa kali kita terbangun demi sunnahnya? trending?

Berapa kali kita bergerak karena cinta, bukan karena Hari ini, mari kita hidupkan sunnah, jaga adab, dan rawat cinta kita kepada Rasulullah, Bukan karena kewajiban, tapi karena rindu.

Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang benar-benar mencintai Nabi-Mu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Di antara bentuk didikan Imam Taqiyuddin As-Subki kepada keluarganya

HATI².. MUSIBAH SANTRI

HILANGNYA KEBERKAHAN ILMU ANAK, KARENA PRILAKU BURUK ORANG TUA TERHADAP GURUNYA