Isra wal mi'raj

Kabarkan Kepada Dunia! 

*Oleh-oleh Rasulullah SAW dari Allah SWT pada peristiwa MAB'ATS !*
--------------------------------------------------------------

MALAM 27 BULAN RAJAB, adalah malam Mab'ats (Pengangkatan Muhammad bin Abdullah sebagai Rasul oleh Allah Swt). Peristiwa ini terjadi 13 tahun sebelum hijrah nya Nabi SAW dari Mekah ke Madinah, di saat Nabi SAW berusia 40 tahun (Yang dikenal dengan sebutan awal "Tahun Kenabian") 

-------------------------------
*Ada perbedaan antara peristiwa Mab'ats dengan peristiwa Isra' Mi'raj.*
-------------------------------
Peristiwa Isra' Mi'raj terjadi beberapa tahun setelah Mab'ats, yaitu pada bulan suci Ramadhan, setelah Rasulullah saw sudah menjadi Rasul Allah.

Para sejarawan besar, Ibnu Ishaq dan Ibnu Hisyam menyebutkan peristiwa Isra' Mi'raj terjadi pada tahun ke sepuluh kenabian, sedangkan Baihaqi tahun ke duabelas, yang lainnya menyebutkan di tahun-tahun awal kenabian atau di pertengahan masa kenabian. Dari berbagai pendapat itu bisa disimpulkan bahwa "mi'raj" terjadi lebih dari sekali. 

Pada peristiwa Isra' Mi'raj, Allah SWT berfirman :

سُبْحٰنَ الَّذِيْۤ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَـرَا مِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَ قْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَا ۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ

"Maha Suci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat."
(QS. Al-Isra' 17: Ayat 1).

Pada malam Isra' Mi'raj, Malaikat Jibril as berkata kepada Rasulullah SAW yang sedang istirahat setelah selesai shalat, "Malam ini Anda harus melakukan perjalanan yang khusus. Saya diperintahkan untuk membawa Anda dalam perjalanan ini. Kita akan melintasi berbagai bagian dunia dengan menumpang " Buraq".

Nabi SAW berangkat dari rumah Ummu Hani (saudara perempuan Ali bin Abi Thalib), lalu memulai perjalanan menunggang Buraq dari Masjidil Haram menuju Baitul Maqdis yang juga disebut Masjidil Aqsa di Yerusalem. 

Di sana beliau turun dan berkeliling di di masjid itu dan Betlehem, tempat kelahiran Nabi Isa, dan melihat beberapa tempat yang berkaitan dengan para nabi. Di beberapa tempat itu beliau melakukan shalat dua rakaat. 

Sesudah itu Nabi memulai bagian kedua perjalanannya dari situ menuju langit. Beliau mengamati bintang, sistem alam semesta, dan berbicara dengan ruh nabi-nabi sebelumnya maupun malaikat. 

Beliau melihat pusat rahmat dan azab, tempat penghuni surga dan neraka. (Tafsir Majma' al- Bayan, III hal 395). 

Maka beliau pun jadi tahu tentang rahasia penciptaan, luasnya alam dan tanda-tanda kekuasaan Allah Yang Mahakuasa. 

Lalu beliau melanjutkan perjalanan sampai ke "Sidratul Munthaha", tempat yang maha Agung dan mulia. Sampai di sini perjalanan berakhir. 

Setelah itu Nabi kembali melalui jalan yang sama, mampir di Baitul Maqdis sebelum kembali ke Mekah. Selama menuju Mekah itu, Nabi melihat semua kejadian yang terjadi di sepanjang perjalanannya. Nabi SAW tiba kembali di rumah Ummu Hani sebelum fajar. 

Ummu Hani adalah orang pertama yang mendengar kisah Nabi SAW, dan siangnya ia menyebarkan cerita ini pada pertemuan suku Quraisy. Cerita ini beredar ke seluruh penjuru Mekah dan membuat gempar mereka. 

Nabi SAW berhasil menggugurkan penolakan-penolakan oleh kafir Quraisy terhadap peristiwa Isra' Mi'raj dengan bukti-bukti akurat, antara lain beliau menjelaskan detil struktur bangunan Masjidil Aqsa, padahal beliau belum pernah ke sana. 

Beliau juga menceritakan ada kafilah Quraisy yang dipimpin oleh Abu Sufyan di Tan'im menuju Mekah dengan unta coklat berjalan di depannya, mereka memasang tandu padanya. Dan tak lama kemudian rombongan kafilah Abu Sufyan pun memasuki Mekah, dengan kondisi sesuai dengan yang diceritakan Nabi saw. 

Itulah sekelumit tentang peristiwa Isra' Mi'raj yang disebutkan dalam Al-Qur'an.

Dari ayat Isra' Mi'raj ini dapat disimpulkan beberapa pokok penting sebagai berikut :

1. Nabi melakukan perjalanan yang 
    begitu jauh di malam hari sampai 
    menembus langit menuju Sidratul 
    Munthaha, dalam satu malam atas 
    kehendak Allah SWT sebagai rahmat 
    yang sangat besar kepada 
    Rasulullah SAW. 

2. Nabi melakukan mi'raj dengan jasad 
    dan ruh sekaligus. Kata-kata 
    "hamba" dalam ayat di atas 
    membuktikan hal tersebut. 

3. Tujuan mi'raj ini adalah untuk 
    memperlihatkan kepada Nabi 
    berbagai aspek alam semesta. 

Dalam mi'raj tersebut, Nabi telah melihat Malaikat Jibril dalam wujud aslinya secara fisik dan juga pada saat membawa wahyu pertama. 

Ketika kaum kafir Quraisy menyangkalnya, Allah SWT menurun kan firmannya yaitu dalam Surat An-Najm (53) ayat 12-18.

Para mufasir dan muhadis mengutip banyak hal dari riwayat tentang apa yang dilihat oleh Nabi SAW. Dari riwayat-riwayat tersebut menurut Allamah Thabrasi, ada beberapa kriteria yang bisa disebutkan : 

1. Ada hadis-hadis yang sudah pasti 
    dan tidak bisa diperdebat kan yaitu 
    tentang kenyataan adanya 
    peristiwa mi'raj. 

2. Hadis-hadis yang dikutip sesuai 
    dengan kaidah ilmu hadis dan 
    standar kearifan tetapi belum 
    sampai tahap final, seperti tentang 
    melihat surga dan neraka, perjalanan 
    di angkasa atau percakapan dengan 
    ruh para nabi. 

3. Riwayat yang pada lahirnya tidak 
    dapat diterima tetapi terbuka untuk 
    penafsiran, misalnya percakapan 
    Nabi pada malam mi'raj dengan para 
    penghuni surga dan neraka yang 
    dapat ditafsirkan bahwa Nabi 
    melihat ruh, sosok dan sifat-sifat 
    mereka. 

4. Riwayat palsu yang diciptakan dan 
    disebarkan oleh para pembohong, 
    misalnya dikatakan bahwa malam 
    itu Nabi duduk bersama Allah dan 
    mendengar bunyi pena-Nya. 

Dari pengamatan terhadap peristiwa Mi'raj itu tersebut ternyata tidak ada disinggung topik penting tentang perintah shalat lima waktu. 

Mi'raj dimana Rasulullah SAW menerima penerapan shalat lima kali terjadi setelah kematian Abu Thalib pada tahun ke sepuluh kenabian. Kami berpendapat demikian dengan melihat riwayat dan hadis yang menyebutkan bahwa di saat mi'raj setelah kematian Abu Thalib itu Allah SWT memerintah kan pengikut Muhammad saw melakukan shalat lima kali sehari, sementara shalat belum diwajibkan sampai saat kematian Abu Thalib. 

Kita lihat, ketika Abu Thalib terbaring sakit menjelang ajalnya, para pemimpin Quraisy menemuinya untuk menyelesaikan pertikaian mereka dengan kemenakannya Nabi Muhammad saw. Mereka minta agar Nabi saw menghentikan aktivitas dakwahnya, dan mereka bersedia memberikan apa saja yang diinginkan Nabi saw. 

Nabi saw yang berada di situ menolak tawaran Quraisy dan mengatakan, "Saya tidak menghendaki apapun dari kalian semua kecuali membenarkan bahwa " Tidak ada Tuhan kecuali Allah dan meninggalkan penyembahan berhala". (Sirah Ibnu Hisyam II hal 27).

Nabi saw mengatakan itu tanpa menyebutkan shalat atau rukun iman lainnya. 

Selain itu ada peristiwa masuknya seseorang memeluk Islam Tufail bin Amar ad-Dausi yang terjadi beberapa saat menjelang hijrah ke Madinah. 

Waktu itu Nabi saw memerintahkan Tufail mengakui Tauhid dan kerasulan nya, tanpa menyebut shalat. 

Kejadian-kejadian itu memperlihatkan bahwa peristiwa "mi'raj" yang di dalamnya menetapkan kewajiban shalat lima kali, terjadi tak lama sebelum hijrah. 

Pendapat yang menyebutkan bahwa mi'raj berlangsung lebih awal dari tahun kesepuluh kenabian juga keliru karena dari tahun ke delapan kenabian hingga tahun kesepuluh itu, Nabi saw sedang dikepung dan diblokade oleh Quraisy di Lembah Abu Thalib. Dan karena kondisi prihatin saat itu, tidaklah bijak bila mereka harus memikul pula kewajiban shalat. 

Menyangkut masa-masa sebelum tahun ke delapan kenabian, disamping tekanan keras Quraisy terhadap kaum muslimin, sehingga mereka tak sanggup memikul tanggung jawab tambahan shalat, jumlah mereka juga masih segelintir. 

Tentang sejumlah riwayat bahwa Imam Ali mendirikan shalat bersama Nabi, selama 3 tahun sebelum Mab'ats dan diteruskan sesudah itu, dapat dikatakan bahwa shalat-shalat itu adalah shalat khusus dan belum tetap sebagai kewajiban untuk seluruh umat, mungkin juga shalat sunnah. 
(Lihat Furu' Al-Kafi I hal 135, tentang waktu mulai diwajibkan nya wudhu, azan dan shalat). Sumber : Ar-Risalah, Ja'far Subhani. 
             -----------------------------

"Mab'ats" adalah hari peristiwa dimana Muhammad bin Abdullah resmi diutus sebagai Rasul Allah, sebagaimana firman Allah SWT :

*هُوَ ٱلَّذِي بَعَثَ فِي ٱلۡأُمِّيِّـۧنَ رَسُولٗا مِّنۡهُمۡ يَتۡلُواْ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتِهِۦ وَيُزَكِّيهِمۡ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَإِن كَانُواْ مِن قَبۡلُ لَفِي ضَلَٰلٖ مُّبِينٖ*

"Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata". (Surat Al-Jumu'ah (62) Ayat 2).

Dalam peristiwa Mab'ats tersebut, Rasulullah SAW juga melakukan "mi'raj" ke langit untuk menghadap Allah SWT. Artinya ada mi'raj yang lain selain pada peristiwa Isra' Mi'raj yang terjadi pada bulan suci Ramadhan beberapa tahun setelah peristiwa mi'raj Mab'ats, sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran Surat Al-Isra' ayat 1 di atas. 

Menurut beberapa riwayat, "Mi'raj" Nabi SAW tidak terbatas pada satu kali saja, melainkan terjadi berkali-kali. Dan dalam beberapa riwayat dari Imam Ja'far Ash-Shadiq as, beliau as berkata :

*عُرِج بالنبي (صلى الله عليه وآله) إلى السماء مائة وعشرين مرة، ما من مرّة إلا وقد أوصى الله عز وجل فيها النبيَّ (صلى الله عليه وآله) بالولاية لعلي والأئمة (عليهم السلام) أكثر مما أوصاه بالفرائض.*

“Nabi SAW telah naik sebanyak seratus dua puluh kali, dan tidak ada dari waktu itu kecuali Allah SWT senantiasa berwasiat kepada Nabi SAW mengenai Wilayah (Imam) Ali as dan Para Imam as lebih dari kewajiban lain yang juga telah Allah SWT wasiatkan kepadanya".

Pada peristiwa "mi'raj" itulah dinampak
kan oleh Allah Swt tentang kemuliaan dan keutamaan Rasulullah SAW sebagai makhluk Allah yang paling agung dan paling mulia dari seluruh makhluk Allah. 

Dalam setiap perjumpaannya dengan Allah 'Azza wa Jalla, Allah selalu berwasiat kepada Nabi SAW mengenai "wilayah" Imam Ali as dan Ahlulbait Nabi saw. 

Kita lihat beberapa riwayat dan hadis di bawah ini :

--------------------------------------------------------------
*Allah 'Azza wa Jalla memilih Muhammad dan Ali dari seluruh penduduk bumi!*
--------------------------------------------------------------
Muhammad (yang terpuji) adalah nama yang berasal dari nama mulia Allah "Al-Mahmud" (Yang Maha Terpuji) dan 'Ali (yang tinggi) berasal dari nama mulia Allah "Al-'Aliyul A'la" (Yang Maha Tinggi). 
--------------------------------------------------------------
Allah Swt tidak akan memasukkan ke surga, penentang "wilayah Ahlulbait as"
--------------------------------------------------------------

Ibnu Babuwaih menyampaikan dari Muhammad bin Ibrahim bin Ishaq, dari Ahmad bin Bandar, dari Ahmad bin Hilal, dari Muhammad bin Abu Umair, dari Al-Mufadhal bin Umar, dari Ja'far bin Muhammad ash-Shadiq as, dari ayahnya dari para pendahulunya, dari Amirul Mukminin as :

"Rasulullah saw bersabda : "Ketika aku diperjalankan ke langit, Tuhanku Jalla Jalaluh mewahyukan kepadaku, "Hai Muhammad, Aku telah mendatangi bumi dan memilihmu diantara penghuninya. Aku angkat engkau sebagai seorang nabi dan Aku memilih untukmu sebuah nama dari nama-Ku. Maka Aku adalah al-Mahmud (Yang Maha terpuji) sedangkan engkau adalah Muhammad (yang terpuji)".

"Kemudian Aku mendatanginya (bumi) lagi dan memilih Ali diantara para penghuninya. Aku angkat ia menjadi washi dan khalifah mu, dan sebagai suami bagi putrimu serta ayah bagi dzuriyahmu. Lalu aku ambil sebuah nama dari nama-Ku untuknya, maka Aku adalah al-'Aliyul A'la (Yang Maha tinggi), sedangkan ia adalah 'Ali (yang tinggi) ".

"Aku ciptakan Fatimah, Hasan dan Husain dari cahaya kalian berdua. Kemudian Aku sampaikan "wilayah" mereka kepada para malaikat. Siapa yang menerimanya maka ia tergolong hamba-hamba yang dekat (muqarrabin) di sisi-Ku".

*"Wahai Muhammad, sekiranya seorang hamba menyembah-Ku sampai hanyut (terputus dari selain-Ku) dan menjadi seperti orang yang gelisah kemudian menemui Aku dengan menentang "wilayah" mereka, maka tidak akan Aku tempatkan dia ke dalam surga-Ku dan tidak akan Aku naungi dia di bawah arasy-Ku".*

"Hai Muhammad, apakah engkau ingin melihat mereka?".

"Ya Tuhanku, " Jawabku. 

Dia Azza wa Jalla berfirman, "Angkat kepalamu".

Aku mengangkat kepala, maka aku bersama cahaya-cahaya 

*Ali, Fathimah, Hasan, Husain, Ali bin Husain, Muhammad bin Ali, Ja'far bin Muhammad, Musa bin Ja'far, Ali bin Musa, Muhammad bin Ali, Ali bin Muhammad, Hasan bin Ali, dan "Al-Mahdi al-Qaim bin Hasan",* 

di tengah  mereka bagai bintang yang berkilau. Aku bertanya, "Tuhanku, siapakah mereka?".

"Dia berfirman, "Para imam dan ini adalah al-Qaim yang akan menghalal kan halal-Ku dan mengharamkan haram-Ku. Dengannya lah Aku membalas musuh-musuh-Ku, dan dialah sebagai pelipur para kekasih-Ku. Dialah yang akan menyembuhkan hati para pecintamu (yang luka) oleh kaum dzalim, kaum penentang dan kaum kafir. Dialah yang akan mengeluarkan berhala lata dan uza, lalu membakar keduanya. Karena fitnah umat manusia dengan keduanya pada hari itu lebih besar dari fitnah berhala sapi dan Samiri". (Kamal ad-Din 253).

--------------------------------------------------------------
*Rasulullah SAW dan Maksumin as lebih mulia dari Jibril as dan para Malaikat.*
--------------------------------------------------------------

Abu Ja'far bin Babuwaih (semoga Allah Swt menyucikan ruhnya), dalam kitab Kamal ad-Din wa Tamamu an- Ni'mah fi Gaibatu al-Imam as, berkata, 

"Hasan bin Muhammad Sa'id al-Hasyimi menyampaikan kepada kami dari Furat bin Ibrahim bin Furat al-Kufi dari Muhammad bin Ali bin Ahmad al-Hamadani dari Abu Farhan al-Abbas bin Abdillah al-Bukhari dari Muhammad bin Qasam bin Abdullah bin Ibrahim bin Qasam bin Muhammad bin Abu Bakar dari Abdussalam bin Saleh al-Harawi dari Ali bin Musa ar-Ridha as, dari ayahnya, Musa bin Ja'far dari ayahnya Ja:far bin Muhammad dari ayahnya Muhammad bin Ali, dari ayahnya Ali bin Husain, dari ayahnya Husain bin Ali, dari ayahnya Ali bin Abi Thalib as : 
---------------------
"Rasulullah saw bersabda, "Tiada makhluk satupun yang Allah ciptakan yang lebih utama dari aku dan tidak pula yang lebih mulia dariku".
--------------------
Ali as berkata, "Wahai Rasulullah, engkau yang lebih utama ataukah Jibril?".

Nabi saw menjawab, "Hai Ali, sesungguhnya Allah Swt mengutama- kan para nabi dan rasul di atas para malaikat al-muqorrobin, dan mengutamakan aku di atas seluruh nabi dan rasul".
--------------------
*" Hai Ali, keutamaan sesudahku adalah bagimu dan para imam sesudahmu.* Sesungguhnya para malaikat adalah para pelayan-pelayan kami dan pelayan-pelayan para pecinta kami. Hai Ali, para malaikat yang membawa arsy, dan siapa saja yang berada di sekitarnya bertasbih dan memuji Tuhan mereka dan mereka memohon ampunan bagi orang-orang yang mengimani "wilayah" kami".
--------------------
"Hai Ali, sekiranya tanpa kami, Allah tidak akan menciptakan Adam dan Hawa, tidak juga surga dan neraka, tidak juga bumi dan langit. Mana mungkin kami tidak lebih utama dari para malaikat. Daripada mereka, kami lebih dahulu bertauhid dan mengenal Allah 'Azza wa Jalla, bertasbih, menyucikan, dan mengesakan-Nya (dengan kalimat "laa ilaaha illallaah"). Karena makhluk pertama yang Allah ciptakan adalah ruh-ruh kami, lalu kami menyatakan tauhid dan pemujaan kepada-Nya".

"Kemudian Allah menciptakan malaikat. Setelah mereka menyaksikan ruh-ruh kami sebagai satu cahaya, mereka mengagungkan urusan-urusan kami, dan kami bertasbih agar para malaikat mengetahui bahwa kami adalah makhluk yang diciptakan dan Dia Mahasuci dari sifat-sifat kami. Maka para malaikat pun bertasbih dengan tasbih kami dan menyucikan- Nya dari sifat-sifat kami".

"Setelah mereka menyaksikan keagungan kami, kami mengucapkan kalimat " Laa ilaaha illallah", agar para malaikat mengetahui bahwa Allah Mahabesar dari apa yang dikira, Dia Mahaagung".

"Ketika mereka menyaksikan keagungan dan kekuatan yang Allah letakkan kepada kami, kami mengucap kan " Laa haula wa laa quwwata illa billaah". Ketika mereka menyaksikan apa yang Allah karuniakan dan wajib kan bagi kami, berupa wajib ta'at kepada kami, kami mengucapkan "alhamdulillah", agar para malaikat mengetahui apa yang harus kami sebut sebagai hak Allah Swt, berupa puja dan puji atas segala nikmat-Nya".

Para malaikat berkata, "Segala puji bagi Allah", di hadapan kami mereka telah memperoleh petunjuk pada mengenal Allah Swt, bertasbih, bertahlil, bertahmid dan mengagung kan-Nya".

"Kemudian Allah Swt menciptakan Adam dan menitipkan kami ke dalam sulbinya. Lalu Dia memerintahkan para malaikat bersujud kepadanya sebagai bentuk pengagungan dan pemuliaan kepada kami. Sujud dan ubudiyah para malaikat itu adalah karena Allah 'Aza wa Jalla". 

"Mereka memuliakan dan taat kepada Adam, karena keberadaan kami dalam sulbinya. Maka mana mungkin kami tidak lebih utama dari para malaikat, sedangkan mereka semua bersujud kepada Adam".

"Ketika aku diperjalankan dalam "Mikraj" ke langit, Jibril kemudian berkata, "Ke depanlah Wahai Muhammad".

" Apakah aku di depanmu?" Tanyaku. 

Jibril berkata, "Ya, karena Allah Swt mengutamakan para nabi di atas semua malaikat, dan mengutamakan mu secara khusus".

" Maka aku maju ke depan dan shalat bersama mereka tanpa aku merasa bangga. Sesampai aku pada hijab-hijab cahaya, Jibril berkata kepadaku, "Majulah Muhammad dan tinggalkan aku".

Aku berkata, " Hai Jibril, apakah di tempat ini engkau berpisah denganku?"

Jibril berkata, "Hai Muhammad, sesungguhnya batas akhir yang Allah tentukan untukku adalah di tempat ini. Jika aku melewatinya maka kedua sayapku akan terbakar, dikarenakan melampaui batas-batas Tuhanku Jalla Jalaluh. Sebuah peringatan dalam cahaya bersinar hingga aku sampai pada malakut Allah yang Dia kehendaki".

Lalu aku dipanggil, " Hai Muhammad!!!"

"Labbaika wa sa'daika (aku datang menyambut panggilan-Mu), sahutku, " Tabaarakta wa ta'aalaita (Engkau Mahasuci lagi Mahatinggi)".

Aku dipanggil, "Hai Muhammad, engkau adalah hamba-Ku dan Aku adalah Tuhanmu. Maka sembahlah Aku dan bertawakallah kepada-Ku".

" Sesungguhnya engkau adalah cahayaku di tengah hamba-hamba-Ku, urusanku bagi para makhluk-Ku dan hujjah-Ku di tengah umat manusia. Aku menciptakan surga untuk siapa saja yang mengikutimu, dan Aku ciptakan api neraka untuk siapa saja yang menentangmu. Aku pastikan karomah- Ku untuk para washi-mu, dan Aku pasti kan pahala-Ku untuk para syiah-mu".

Aku berkata, "Tuhanku, siapakah para washi-ku? ".

Dijawab, " Hai Muhammad, para washi- mu adalah yang tertulis di kaki arasy".

Maka aku di hadapan Tuhan, melihat pada kaki arasy, dua belas cahaya. Pada setiap cahaya ada garis hijau yang tertulis padanya nama setiap washi, yang pertama adalah Ali bin Abi Thalib dan yang terakhir adalah al-Mahdi bagi umatku. Maka aku berkata, "Tuhanku, mereka itukah para washi sepeninggal ku?".
--------------------------
Dijawab, " Hai Muhammad, mereka adalah para wali dan kekasih-Ku. Mereka adalah hujah-hujah-Ku sesudahmu atas umat manusia. Mereka itu adalah para washi dan khalifah mu, dan sebaik-baik makhluk sesudahmu. Demi keagungan dan kebesaran-Ku, dengan mereka Aku akan mengunggulkan agama-Ku dan meninggikan kalimat-Ku".

"Dengan yang terakhir dari merekalah Aku membersihkan bumi dari musuh- musuh-Ku, dan Aku akan mengokohkan nya di bumi barat dan timur. Untuknya Aku tundukkan angin dan Aku rendah kan semua leher dan keangkuhan. Aku jadikan ia melampaui sebab-sebab dan menolongnya dengan bala tentara-Ku. Aku akan membantunya melalui para malaikat-Ku, sampai ia mengumandangkan seruan-Ku dan menghimpun seluruh makhluk di atas tauhid-Ku. Kemudian Aku langgengkan pemerintahannya dan Aku edarkan hari demi hari di tengah para kekasih-Ku sampai hari kiamat". (Kamal ad-Din 255 hadis 4).
-----------------------------
Semoga mencerahkan, wassalam!

*_اللهم عجل لوليك الفرج_*

*_اللهم صل على محمد وال محمد وعجل فرجهم_*

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Di antara bentuk didikan Imam Taqiyuddin As-Subki kepada keluarganya

HATI².. MUSIBAH SANTRI

HILANGNYA KEBERKAHAN ILMU ANAK, KARENA PRILAKU BURUK ORANG TUA TERHADAP GURUNYA